Minggu, 28 Agustus 2016

MENGUKUR KADAR CO (KARBON MONOOKSIDA) DI UDARA AMBIEN METODE IODIN PENTOKSIDA




Pembimbing : Drs. Ferry Benson, MSi
jabatan          : Kepala Balai Besar Pengembangan keselamatan dan Kesehatan Kerja Makassar









LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN KADAR KARBONMONOOKSIDA (CO)
DENGAN IODIN PENTOKSIDA MENGGUNAKAN  SPEKTROFOTOMETER
Senin dan Selasa, 1 & 2 Agustus 2016





WAWAN HERWANTA
NIP : 19821220 201503 1 002




BALAI BESAR PENGEMBANGAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MAKASSAR
DIREKTORAT JENDRAL PEMBINAAN PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
2016

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN KADAR CO
DENGAN IODIN PENTOKSIDA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
Senin dan Selasa, 1+2 Agustus 2016

Kelompok  1
1)      Chatarina Rini K. SKM. M.Kes
2)      Wawan Herwanta, ST
3)      Wahyu Retno Widyasari, SKM
4)      Herlin Mangga Lambo,ST
5)      Herlina, SKM
6)      Ulfah Santi, SE
7)      Syukur, ST
8)      Muh. Kamarulloh, S.Psi
9)      Irpan Sefianto, A.Md
10)   Asmanidar Khuraisy, Ssi. Msi

A.      Tugas : Memahami Pengukuran Kadar CO (karbon monooksida) Dengan metode Iodin Pentoksida  dengan Spektrofotometer, dari pembuatan larutan standar, menentukan panjang gelombang atau lamda (ƛ) maksimum sampai membuat kurva kalibrasi, persiapan peralatan, uji sampling udara, dan hasil analisa sampel yang sudah di uji.

B.       Tinjauan Pustaka
Karbon monooksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Ia terdiri dari satu atom carbon yang secara kovalen berikatan  dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini  terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dengan oksigen. Senyawa karbon monooksida  mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat  dengan pigmen darah yaitu hemoglobin.
Karbon monooksida juga diketahui dapat mempengaruhi kinerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, janin, dan semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen.
Gejala dari keracunan ringan meliputi sakit kepala dan mual-mual pada konsentrasi kurang dari 100 ppm sedangkan konsentrasi karbon monooksida (CO) sebesar 667 ppm dapat menyebabkan 50 % hemoglobin tubuh berubah menjadi karboksi hemoglobin (COHb). Karboksi hemoglobin tidaklah efektif dalam menghantarkan oksigen yang mengakibatkan beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen sehingga hal tersebut sangatlah berbahaya.
Untuk mengetahui berapa besaran kadar CO di udara ambien adalah dengan metode Ionin Pentoksida di ukur dengan menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 352 nm.




C.      Metode Pengukuran
                                I.            Prinsip
Sampel gas CO dialirkan di udara melalui bubuk Iodin Pentoksida pada suhu 135°C-150°C, gas iodin yang terjadi ditampung dalam gelas impinger yang berisi larutan 2% Potaium Iodida. Selanjutnya Larutan iodin dalam pitasium iodida diukur intensitas warnanya pada spektrofotometer dengan pembanding larutan standariodin dalam KI.
                                5 CO + I2O5 ------------------- 5 CO2 +  I2
                                   I2   +   KI    -------------------       K   + 2 I

Gambar 1 : Diagram Uji Kadar karbon monooksida

                              II.            Peralatan Lapangan (termasuk bila Analisa di Lapangan)
ü  Pompa isap udara (suction pump) kapasitas 3 LPM lengkap dengan pengukur laju alir udara (flow meter)
ü  Pemanas I205 yang telah dimodifikasi dengan pipa kaca yang tahan panas
ü  Gelas impenger tipe midget kaca 4 buah
ü  Butiran Iodin pentoksida i2o5
ü  Karbon aktif
ü  Glas Silica
ü  Larutan Asam sulfat
ü  Larutan 2% KI
ü  Spektrofotometer DR 3900
ü  Pipet volumetrik
ü  Gelas ukur kapasitas  25 mL
ü  Tissu
ü  Kelembaban
ü  Thermometer
ü  Tekanan Udara

                            III.            Reagensia
·         Larutan (KI)2% Potasium Iodida
2 gr potasium iodida dilarutkan kedalam 100 mL air suling, atau dengan 20 gr potasium iodida yang dilarutkan kedalam 1000 mL air suling
·         Larutan Standar Iodin
5,19 gr I2O5----larutkan 100mL------- 5000µl i2/ml (dilarutkan dengan 2%KI)
0,519 gr I ---larutkan 100 mL------500µl i2 /ml
Diencerkan lagi
1 mL Larutan standar iodin yang mengandung 500µl I2/ml diencerkan lagi menjadi 100 mL air suling sehingga konsentrasi menjadi 5µlI2 /ml
·         Menghitung konsentrasi iodin
1)     V1 M1  = v2 m2
0,5 x 50 = 10 x M2
=M2       =  25/10
= 2,5 µL/mL
2)     V1 M1 = V2 M2
1 x 50 = 10 xM2
=M2       =  50/10
= 5 µL/mL
3)      =  
1,5 x 50 = 10 x M2
=       = 
= 7,5 µL/mL
4)      =  
2 x 50 = 10 x
=       = 
= 10 µL/mL
5)      =  
2,5 x 50 = 10 x
=       = 
= 12,5 µL/mL
6)      =  
3   x 50 = 10 x
=       = 
= 15 µL/mL
Dari perhitungan diatas akan didapatkan besaran konsentrasi iodin yang dijadikan standar untuk perhitungan konsentrasi sampel.
·         Membuat Karbon Aktif (Actifit Carcoal), Alternatif yang bisa digunakan yaitu dengan membuat sendiri karbon aktif tersebut dengan arang batok kelapa yang sudah dicuci dengan asam kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven sampai kering hal ini berfungsi sebagai penjerap uap air yang dimungkinkan ikut terserap oleh komponen peralatan uji yang akan mengganggu proses penghisapan CO
·         Silica Gel, fungsi kerjanya adalah mengoptimalkan kekeringan udara yang akan masuk kepada absorben.
·         H2SO4 atau asam sulfat 90 % untuk volume 10 mL, berfungsi sebagai penangkap polutan yang mengganggu terutama SO2karena polutan tersebut mampu mengganggu dalam keakuratan CO

D.      Penentuan Lamda ( ƛ) maksimum
Untuk mendapatkan nilai panjang gelombang maksimum yaitu dengan melakukan pengukuran dengan alat spektrofotometer, Langkah pertama pilih larutan standar KI (potasium Iodida) sebagai zero, kemudian kita pilih larutan diantara konsentrasi yang akan terbaca oleh alat yaitu konsentrasi 0,5 mL, dari hasil pengukuran tersebut maka akan dihasilkan data sebagai berikut
NO
PANJANG GELOMBANG
ABS
1
344
2,188
2
346
2,228
3
348
2,259
4
350
2,271
5
352
2,272
6
354
2,253
7
356
2,173
8
358
2,16
9
360
2,112

 Gambar 2 : Grafik Lamda (ƛ) maksimum

E.       Pembuatan kurva kalibrasi CO Menggunakan Spektrofotometer HACH DR 3900
Dari hasil perhitungan volume dan konsentrasi iodin maka akan kita dapatkan nilai absorbansi dengan data sebagai berikut:
Volume (mL)
konsentrasi (µL)
Abs
0
0
0
0.5
2,5
0,59
1
5
1,11
1,5
7,5
1,752
2
10
2,258
2,5
12,5
2,821
3
15
3,39











Gambar 3 : Kurva Kalibrasi Larutan Standar


F.       Pengujian
Pengujian dilakukan di depan Gudang Peralatan Balai Besar Pengembangan keselamatan dan Kesehatan Kerja makassar, tanggal 2 Agustus 2016 pukul 10.00 sampai 10.30 WITA. Sampel diperlakukan di belakang mobil Isuzu ELF tahun 2010 yang sedang menyala dengan jarak kurang lebih 1 meter dan diasumsikan sedang mengukur di dekat jalan raya.
Siapkan peralatan dengan baik dan pastikan semua peralatan telah terkalibrasi kemudian masukkan bahan kedalam impenger dan rangkai menjadi satu kesatuan kemudian nyalakan pemanas dan nyalakan pompa, buat susunan peralatan seperti gambar berikut:




                                                       Gambar 4 : Susunan Peralatan Uji
 


Gambar 5 : Pengambilan sampel uji

G.     Analisa Uji Sampel
Data Lapangan :                T = 34,5 °C + 273 = 307,65 ° K
                                                                t = 30 Menit
                                                                F1= 1 LPM
                                                                F2 = 1 LPM
                                                                P = 760 mmHg = 76 cm Hg
                                Absorben Sampel = 3,234
Persamaan garis dari kurva kalibrasi
                               
 X =
    = 14,32
Volume Udara Sampling
                                 x
= 1  x 30 menit
= 30 Liter
Menghitung Konsentrasi CO
                                CO (ppm) =  x  x
 =  x  x 1
 = 2,463 ppm




Makassar, 03 Agustus 2016
Mengetahui
Kepala Balai



Drs. Ferry Benzon, M.Si
NIP 19580131 198703 1 002


5 komentar:

  1. walaupun bukan SNI tapi yang terpenting adalah bisa dipertanggungjawabkan keakuratan hasil analisa

    BalasHapus
  2. Haaaaa susunan katanya hancur, males edit

    BalasHapus
  3. misi ka mau tanya, saya kan mau penelitian tentang CO terus ke Balai k3 nah dia tidak menggunakan metode NDIR utk pengukuran CO, saya lupa dia bialng metode apa. nah apakah kalau di HIPERKES pengukuran nya menggunakan metode Iodine Pentoksida

    BalasHapus
  4. maaf M Harzidi N. lama sekali tidak membuka blog ini,
    Metode yang sesuai dengan SNI adalah dengan metode NDIR sementara di balai kami peralatan sedang dalam pengadaan jadi menggunakan standar IKM (Intruksi kerja Manual) yang telah disepakati

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus